Gorontalo - Sensus burung air Asia di Danau Limboto, Gorontalo kali ini diikuti oleh sejumlah mahasiswa dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Puluhan mahasiswa yang terlibat berasal dari Jurusan Perencanaan Wilayah Kota dan Jurusan Arsitektur. Beberapa mahasiswa melakukan sensus burung air Asia pada Sabtu (4/2/2023) di antaranya ada yang masih baru pertama kali ikut.
Wajar saja, sensus burung air Asia kali ini membikin mereka memiliki pengalaman baru. Apalagi, kegiatannya di luar kampus. Kebetulan, belasan mahasiswa dalam dua jurusan yang ikut tersebut adalah bagian dari Kelompok Studi Lingkungan (KSL). Mohamad Ridho Ferdianto Thalib mahasiswa, ia merasa senang bisa dilibatkan dalam kegiatan itu. Selama ini, sebagai mahasiswa perencanaan wilayah kota, belajar cara merancang wilayah kota secara teknis dan teori. Namun ada hal yang ia lewatkan, yakni ilmu lingkungan. Ia jadi tahu, dalam perencanaan kota, perlu adanya kajian untuk mempertimbangkan habitat flora dan fauna. Sri Sutarni Arifin Dosen Pendamping mahasiswa Fakultas Teknik membeberkan, KSL adalah kelompok mahasiswa yang bergerak di bidang riset dan pengabdian masyarakat.
Katanya, Danau Limboto memiliki potensi yang besar. Menjadi surganya para burung air. Hanya saja, kini kondisinya kritis. Karena itu menurutnya, penting untuk mahasiswa belajar di Danau Limboto, apalagi mengenal ekosistem di danau tersebut. Apalagi untuk mahasiswa arsitek maupun perencanaan wilayah kota. Menurutnya harus terkait lingkungan, agar ketika melakukan pembangunan, konsepnya akan berwawasan lingkungan. “Melalui pengamatan ini tentunya menjadi cikal bakal dari riset-riset kecil mahasiswa dalam melakukan penelitian terkait bagaimana kondisi dan apa yang terjadi di Danau Limboto ini, terlebih apakah burung-burung yang ada di sini mengalami penurunan atau penambahan jenis.’’ jelasnya. Kegiatan sensus burung air Asia atau Asian Waterbird Census (AWC) dilakukan oleh Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (BIOTA). Tidak sendiri, BIOTA menggandeng Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Universitas Negeri Gorontalo dan masyarakat sekitar danau. Sensus burung ini merupakan bagian dari kegiatan global yang secara serentak dilakukan di seluruh dunia (International Waterbird Census). “Tujuan sensus burung air asia adalah mengumpulkan informasi dan data tahunan mengenai populasi burung air di lahan basah, kami melakukan di Danau Limboto,” kata Debby Hariyanti Mano, Direktur Perkumpulan BIOTA.
Kegiatan ini juga sebagai sarana untuk menumbuhkan dan mendukung minat masyarakat terhadap burung air dan lahan basah serta upaya pelestariannya. Dalam kegiatan ini sebanyak 34 mahasiswa dan pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Universitas Negeri Gorontalo terlibat. Mereka belajar melakukan pengamatan burung dengan menggunakan alat bantu teropong, spottings scope, dan buku panduan lapangan. Dalam sensus burung ini para mahasiswa dibagi 2 kelompok dengan dikoordinir oleh 2 orang yang berpengalaman, kedua kelompok ini bertugas melakukan pendataan burung air, mulai ada yang menghitung jumlah, memastikan jenis burung, hingga ada yang bertugas membuat sketsa di kertas. Pengamatan dilakukan mulai pagi sekitar pukul 06.00 Wita dengan berkumpul di Sunset Guesthouse, sebuah usaha penginapan ekowisata yang berada di tepi Danau Limboto. Di Sunset Guesthouse ini para peserta mendapat pembekalan singkat apa yang akan dilakukan di lapangan. Setelah itu peserta bergerak ke arah persawahan di tepi danau Limboto, sejumlah burung diamati berada di antara tanaman dan semak, di lokasi ini didata kuntul kecil, blekok sawah, dan tikusan alis putih. Setelah itu penghitungan burung dipindahkan ke Danau Limboto, di danau ini burung burung air lebih beragam. Dominasi kuntul kecil dan blekok sawah masih terlihat, namun kemudian datang rombongan burung jenis dara laut yang jumlahnya sangat banyak, mencapai ratusan ekor. Jenis burung lain yang didata adalah kecuit kerbau, kutilang, cangak merah, bambangan hitam, bambangan kuning, bambangan coklat, mandar kelam, mandar batu, dan jenis burung air lainnya. Usai penghitungan jenis burung, peserta sensus burung air Asia kembali ke Sunset Guesthouse untuk mempresentasikan pengamatannya. Masing-masing kelompok memaparkan hasilnya, semua anggota kelompok bisa mengungkapkan pengalaman menariknya saat mengamati burung. “Ternyata melihat burung di alam dengan teropong lebih mengasyikkan, lebih memukau,” ujar M Ridho Ferdianto Thalib. (*)
sumber : https://gorontalo.tribunnews.com/2023/02/06/mahasiswa-teknik-ung-curhat-pengalaman-sensus-burung-air-asia-di-danau-limboto-gorontalo